KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji hanyalah milik-MU ya Allah....
tiada tuhan yang lebih indah kecuali jutaan rasa syukur yang menghambur
memenuhi segenap jiwa yang lemah dan tiada daya. Tiadalah sanggup hamba yang
berlumur dosa ini menyusun dan merangkai ungkapan syukur atas keagunganMU yang
tiada terkira, segala cinta hanya bermuara dan disandarkan pada-MU semata. Jika
bukan karna ridho dan karunia-Nya, maka tentulah makalah ini tidak bisa
selesai.
Selawat serta salam selalu tercurahkan
hanya untuk baginda Rasul Muhammad shalallahu
‘alaihissalam kekasih yang mulia. Kami merindu dan memohon agar syafaatmu
nanti menuntun kami ke taman surga-Nya.
Amiin yaa robbal ‘alamiin...
Makalah ini kami buat dengan tujuan agar
dapat berguna untuk siapa saja yang memerlukannya. Isi dari makalah yang kami
buat ini adalah tentang landasan dan asas-asas pendidikan serta penerapannya
khususnya landasan filosofis
Demikianlah kata pengantar dari kami.
Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Wa’alaikumsallam Wr.Wb.
Palembang, 2
Desember 2010
M. Nofriansyah
LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak
terputus dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan
manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup
dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu,
meskipun pendidkan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu
sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata
lain, pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan
sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di indonesia. Kajian ketiga landasan
itu (filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap tenaga
kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
RUMUSAN MASALAH
1.
Sebutkan sumber konsepsi-konsepsi
filosofis tentang kehidupan manusia dan dunia ?
2.
Tentang apa saja kajian
peranan filsafat dalam bidang pendidkan ?
3.
Tuliskan mazhab filsafat
pendidkan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan
?
Landasan
Filosofis
Landasan filosofis adalah landasan yang
berdasarkan filsafat (falsafat,falsafah) kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa yunani phailein berarti mencintai, dan sophos
atau sophis berarti hikmah, arif,
atau bijaksana. Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan
dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu :
i. Religi dan etika yang bertumpu pada
keyakinan
ii. Ilmu pengetahuan yang mengandalkan
penalaran. Filsafat berada di antara keduanya: kawasannya seluas dengan religi,
namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan
dan karena mengandalkan akal manusia.
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidkan, berarti berpikir
bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan
istilah filsafat dalam dua pendekatan yakni :
1. Filsafat sebagai lanjutan berpikir ilmiah,
yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi
makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2. Filsafat sebagai kajian khusus yang normal.
Di samping itu, berkembang pula cabang
filsafat yang mempunyai bidang kajian spesifik, seperti filsafat ilmia,
filsafat hukum, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
A. Pengertian tentang landasan Filosofis
Rumusan tentang harkat dan martabat manusia
beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan
pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses memanusiakan
manusia.
Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut
berkaitan hasil kajian antara lain tentang :
a. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai
mahluk di dunia ini, seperti yang di simpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum,
dan sebagainya.
b. Masyarakat dan kebudayaannya.
c. Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup
yang banyak menghadapi tantangan.
d. Perlunya landasan pemikiran dalam
pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: modul 1/8).
Secara historis dua aliran yang saling
bertentangan yakni idealisme dan naturalisme (positivisme). Di samping aliran
tersebut telah berkembang pula beberapa aliran lain, sehingga terdapat
aliran-aliran filsafat materi, filsafat cita, filsafat hidup, filsafathakikat,
filsafat eksisitensi, dan filsafat ujud (Beerling, 1951: 40). Wayan Ardhana,
dan kawan-kawan (1986: modul 1/12-18) mengemukakan bahwa aliran-aliran filsafat
itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga telah menahirkan aliran
filsafat pendidikan, seperti:
a. Idealisme
b. Realisme
c. Perenialisme
d. Esensialisme
e. Pragmatisme dan progresivisme
f. eksistensialisme
Naturalisme merupakan aliran yang menganggap
segala kenyataan yang bisa di tangkap di pancaindra sebagai kebenaran yang
sebenarnya. Aliran itu pula bisa di beri nama yang berbeda sesuai dengan
variasi peranan konsepsinya tentang manusia dan dunianya, seperti : realisme, materealisme,
positivisme (kini neopositisme) dan sebagainya. Realisme sebagai contoh menekan
pada pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objekt di luar manusia.
Kenyataan adanya hakiki yang objektif itu ada
secara praeksistensi mendahului dan adanya itu pastilah dapat diamati dan atau
diukur, seperti diketahui, positivisme sangat mengutamakan pengukuran dalam
penelitian ilmiah. Aliran ini, dengan nama-nama yang bervariasi menekankan
bahwa nilai-nilai bersifat absolut dan abadi yang berdasarkan hukum alam.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yng
mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan
praktis, dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berpaedah itu harus benar,
atau ukuran kebenaran didasarkan pada pemanfaatan dari sesuatu itu kepada
manusia. Penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap :
1) Situasi tak tentu (indeterminate situation),
yakni timbulnya situasi ketegangan di dalam pengalaman yang perlu dijabarkan
secara spesifik.
2)
Diagnosis,
yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan faktor penyebabnya.
3)
Hipotesis,
yakni penemuan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah.
4) Pengujian hipotesis, pelaksanaan berbagai
hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika
dipraktekkan.
5)
Evaluasi,
yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis dilaksanakan.
Oleh klarena itu, bagi pragmatisme, pendidikan
adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting adlah metode
pemecahan masalah. Pengaruh aliran pragmatisme tersebut bahwa terwujud dalam
gerakan pendidikan progresif atau progresifisme sebagai bagian dari suatu
gerakan reformasi sosio politik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika
serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisional serta mengembangkan teori
pendidikan dengan prinsip-prinsip antara lain :
a)
Anak
harus bebas agar dapat berkembang wajar.
b)
Menumbuhkan
minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belejar.
c)
Guru
harus menjadi peneliti dan pembimbing kegitan belajar.
d)
Harus
ada kerja sama sekolah dan rumah.
e) Sekolah progresif harus merupakan suatu
laboratorium untuk melakukan eksperimentasi.
Aliran filsafat yang bercorak keagamaan ikut pula mempengaruhi pemikiran
tentang pendidikan,baik pada permukaan filsafat yunanikuno maupun/terutama pada
era pengaruh filsafat yang dipengaruhi agama Hindu,islam,katolik,protestan,dan
sebagainya.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. berbagai
aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran – aliran masing aliran filsafat, kaitannya
dengan pengembangan kurikulum.
1)
Perenialisme
Ada persamaan antara perenialisme dan
esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada
mata pelajaran yang pokok-pokok (subject
centered). Perbedaanya, ialah perenialisme menekankan keabadian teori
kehikmatan, yaitu:
(1) Pengetahuan yang benar (truth)
(2) Keindahan (beautty)
(3) Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Perenialisme lebih
menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan
budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan
kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Oleh karena itu, dinamakan perenialisme
karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perenial. Prinsip
pendidikan antara lain:
(1) Konsep pendidikan itu bersifat abadi,
karena hakikat manusia tak pernah berubah.
(2) Inti pendidikan haruslah mengembangkan
kekhususan makhluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
(3) Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran
abadi dan universal.
(4) Pendidikan merupakan persiapan bagi
kehidupan sebenarnya.
(5) Kebenaran abadi itu diajarkan melalui
pelajaran-pelajaran dasar (basic
subjects)
2) Essensialisme
Menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.menurut mazhab essensialisme, yang termasuk the
liberal arts, yaitu :
1) Penguasa bahasa termasuk retorika
2) Gramatika
3) Kesusasteraan
4) Filsafat
5) Ilmu kealaman
6) Matematika
7) Sejarah
8) Seni keindahan (fine arts).
3) Pragmatisme dan Progresivisme
Menekankan pada pentingnya
melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta
didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan
bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif
mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip,
antara lain sebagai berikut:
(a)
Anak
harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar.
(b) Pengalaman langsung merupakan cara terbaik
untuk merangsang minat belajar.
(c)
Guru harus menjadi seorang
peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
(d)
Sekolah progresif harus
merupakan suatu laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan
eksperimentasi.
4) Rekonstruksionisme
Merupakan
elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban
manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat
progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan
Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam
pengembangan Model Kurikulum Interaksional. Masing-masing aliran
filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.
Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat
cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun
demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia,
tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu
dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
B. Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)
Pasal
2 UU-RI no. 2 tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan undang-undang dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu
tercantum dalam penjelasan Pasal 2 UU-RI no. 2 tahun 1989, yang menegaskan
bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah pengamalan
pancasila dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain:
“pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mampu mandiri” (undang-undang, 1992:24). Sedangkan ketetapan
MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila
(P4) menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat indonesia,
kepribadian bangsa indonesia, dan dasar negara republik indonesia. Petunjuk
pengamalan pancasila tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai
pancasila.
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masaing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bejerja sama antara
pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan orang lain.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
5. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak
dan persamaan kewajiban antara seama manusia.
6. Saling mencintai sesama manusia.
7. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
8. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
9. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
10. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
11. Berani membela kebenaran dan keadilan.
12. Bangsa indonesia merasakan dirinya sebagai
bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3) Persatuan Indonesia
13. Menempatkan persatuan, kesatuan,
kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
14. Rela berkorban untuk lepentingan bangsda
dan negara.
15. Cinta tanah air dan bangsa.
16. Bangsa sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia,
17. Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
18. Mengutamakan kepentingan negara dan
masyarakat.
19. Tidak memaksakan kehendaknya kepada orang
lain.
20. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
21. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan.
22. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab
merima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
23. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur.
24. Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat serta nialai-nilai kebenaran dan keadilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
25. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang
luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan bergotong royong.
26. Bersikap riil.
27. Menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban.
28. Menghormati hak-hak orang lain.
29. Suka memberi pertolongan kepada orang lain
30. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang
lain.
31. Tidak bersifat boros.
32. Tidak bergaya hidup mewah.
33. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan
kepentingan umum.
34. Suka bekerja keras.
35. Menghargai hasil karya orang lain.
36. Bersama-sama bersaha mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
Winrate Roulette in India - JT Hub
BalasHapusWinrate Roulette is another variation of Roulette, with 광명 출장마사지 roulette in 포항 출장안마 the 전라북도 출장안마 format set in a casino with the wheel moving so that if the ball does 충청북도 출장안마 reach a value 남양주 출장마사지 of